Dalam upaya usaha Budidaya Tanaman karet perlu suatu upaya untuk pengembangan dan penggunaan Bibit Tanaman Karet yang berkualitas. pembudidaya dapat melakukan usaha pembibitan tersebut untuk mendapatkan bibit tanaman karet sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang diinginkan oleh pembudidaya.

Pembangunan Pembibitan Batang Bawah
(a) Pemilihan lokasi Pembibitan Tanaman Karet
Syarat areal untuk pem bibit
an batang bawah adalah sebagai berikut : 1) areal rata dan dekat dengan
sumber air yang cukup, 2) tanah berstruktur dah tekstur baik dan cukup
gembur, dan 3) mudah dijangkau dan bebas serangan hewan.
(b) Persiapan lahan pembibitan Tanaman Karet
Dalam penyiapan lahan untuk pem bibit
an, tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan kondisi akar yang lurus
dan memberikan ruang sehingga pertumbuhan lebih baik, menghindari
serangan jamur akar putih (JAP) atau penyakit lainnya. Dengan teknik ini, maka akan diperoleh bibit yang bermutu baik. Oleh karena itu, pengolahan lahan untuk pem bibit an batang bawah mutlak perlu dilakukan.
Setelah pohon
ditumbang dan tunggul dibongkar secara bersih, dilakukan pengolahan
tanah. Pengolahan dilakukan secara mekanis dengan 2 kali Ripping,
diikuti 2 kali meluku, dan 1 kali menggaru. Ripping l dan II menggunakan
traktor D-6 (atau yang sejenis) dengan kedalaman pengolahan minimal 50
cm dan interval pengolahan 3 minggu. Ripping II dilakukan menyilang
tegak lurus dari Ripping I. Luku l dan II dilakukan dengan menggunakan
traktor ban dengan kedalaman pengolahan minimal 30 cm. Luku II dilakukan
menyilang tegak lurus dan Luku l setelah 21 hari dari Luku I. Pekerjaan
menggaru dilakukan dengan menggunakan traktor ban menyilang tegak lurus
dari Luku II. Pada setiap selang pekerjaan pengolahan tersebut di atas,
dilakukan ayap akar, di mana semua kayu-kayu/akar ditumpuk di luar
areal pem bibit an, sehingga ada 5 tahap
pekerjaan ayap akar. Untuk mencegah serangan JAP, dilakukan penaburan
belerang secara merata dengan dosis 250 kg/ha setelah ayap akar III.
Pupuk dasar menggunakan Rock Phosphat dosis 750 kg/ha dilakukan dengan cara menabur secara merata sebelum pekerjaan menggaru.
(c) Penanganan Benih Bibit Tanaman Karet
Biji untuk batang
bawah yang dianjurkan adalah biji prolegitim klon AVROS 2037, PB 260,
RRIC 100, BPM 24, dan GT 1. Biji tersebut diperoleh dari blok per tanam
an yang mempunyai luas minimal 25 hektar, berumur > 10 tahun dan
klon di sekitarnya diketahui dengan pasti. Pada saat pengecambahan,
nilai viabilitas biji minimal 70. Biji karet segar biasanya ditunjukkan
dari warna biji yang mengkilat, tidak cacat, bernas, dan bila dijatuhkan
ke lantai akan terpental/melenting. Biji yang masih segar juga
ditunjukkan oleh warna endosperm yang putih bersih tidak berminyak.
(d) Penyemaian Benih Bibit Tanaman Karet
Lokasi bedengan
pesemaian yang memenuhi syarat adalah sebagai berikut : 1) topografi
rata, dekat dengan jalan, sumber air dan mudah dijangkau, 2) dekat
dengan pem bibit an batang bawah, dan 3)
memiliki naungan buatan atau alami. Bedengan dibuat dengan ukuran
panjang 10 m, lebar 1,2 m dan tinggi 15 cm. Media penyemaian adalah
pasir sungai dengan ukuran 20 mesh. Pada tempat terbuka, bedengan diberi
atap buatan dari daun lalang, menghadap ke Timur (depan) dengan
ketinggian 1,5 m dan tinggi bagian belakang dibuat 1 m. Setiap m2
bedengan dapat dikecambahkan 1.000 butir biji.
Di bedengan, biji
disemaikan dengan cara menyusun biji dengan jarak antar baris 1 cm dan
dalam baris 0,5 cm (pakai mal). Biji ditekan ke dalam pasir dengan perut
biji (funiculus) menghadap ke bawah dan lembaga menghadap ke satu arah,
sehingga hanya sepersepuluh bagian biji yang berada di atas permukaan
pasir. Penyiraman dilakukan agar kelembaban setiap periode perkecambahan
terjamin. Periode pemindahan kecambah adalah 7 s.d. 15 hari dari sejak
pengecambahan. Kecambah yang dipindahkan ke lahan pem bibit
an batang bawah sudah memenuhi syarat, yaitu pada stadia pancing atau
jarum, berumur kurang dari 16 hari dari sejak semai, akar tunggang
lums/tidak putus, dan tidak terserang penyakit JAP atau penyakit
lainnya.
(e) Pembuatan bedengan pembibitan dan penanaman kecambah
Tujuan membuat bedengan-bedengan di lahan pem bibit
an batang bawah yang telah selesai diolah adalah untuk mempermudah
pengawasan pekerjaan, pengangkutan bahan dan alat, pelaksanaan berbagai
pekerjaan dan untuk menghindari tercampurnya jenis klon. Bedengan pem bibit
an dibuat dengan ukuran sebagai berikut : panjang 48 m, lebar 2,5 m
menghadap Utara Selatan dengan jarak antar bedengan 70 cm. Di
tengah-tengah areal bibit an dibuat jalan selebar 4 m yang menghadap Timur-Barat dan Utara-Selatan. Jumlah bedengan per hektar bibit an adalah 60 bedengan. Pada setiap bedengan ada sebanyak 8 baris bibit dengan jarak 25 cm x 25 cm x 50 cm/double row. Jumlah titik tanam dalam setiap bedengan adalah 1.536 titik.
Jumlah titik tanam pada setiap hektar bibit an dengan pola jarak tanam
dan luas bedengan seperti tersebut di atas adalah 92.160 titik.
Penanaman kecambah hendaknya dilakukan pada pagi dan sore hari dengan
menggunakan ember berisi air untuk menghindari kelayuan dan kerusakan
akar. Penanaman dilakukan dengan cara menugal tanah terlebih dahulu
sedalam kurang lebih 5 cm, dengan menggunakan kayu runcing dan kemudian
dimasukkan ke dalam lobang dengan posisi akar kecambah seluruhnya harus
berada di dalam lobang dan biji terletak rata dengan permukaan tanah.
Tanah di sekitar lobang ditekan sedikit ke arah dalam.
(f) Pemeliharaan Bibit Tanaman Karet
Pemeliharaan di pem bibit an batang bawah meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari, terutama jika tidak turun hujan. Setelah bibit berumur 1 bulan penyiraman dapat dihentikan. Bibit
yang mati, kerdil dan memperlihatkan gejala kekuningan (terutama
dijumpai jika digunakan biji AVROS 2037 sebagai batang bawah) harus
dicabut dan disisip. Penyisipan dilakukan sesegera mungkin dan maksimal
sampai dengan 3-4 minggu.
Pem bibit
an harus bebas dari rerumputan dan vegetasi lainnya agar tidak terjadi
persaingan dalam hal air, hara, cuang, dan cahaya matahari. Rotasi
penyiangan dilakukan 3 atau 4 minggu sekali tergantung kepada kecepatan
pertumbuhan gulma. Penggarukan gulma dilakukan dengan hati-hati agar
tidak melukai akar dan batang karet yang masih muda. Setelah batang
karet berwarna coklat penyiangan dengan herbisida dapat dilakukan. Pada
saat bibit diokulasi tidak dianjurkan menyemprot rerumputan dengan herbisida.
Untuk memacu pertumbuhan bibit
karet, pemupukan mutlak diperlukan. Pemupukan pendahuluan diberikan
bersamaan dengan pengolahan tanah terakhir, yaitu pada waktu
penggarukan. Pupuk posfat alam sebanyak 750 kg/ha ditabur merata dan
dicampur dengan tanah lapisan atas sampai sedalam 15-25 cm pada waktu
penggarukan. Anjuran pemupukan di pem bibit an batang bawah.
Anjuran pemupukan tanam an di pem bibit an batang bawah karet
DOSIS (g/ph)
No
|
Umur Bibit (bulan)
|
Urea (46%N)
|
TSP (46%P205 )
|
KCL (60%K20)
|
Kieserit (MgO)
|
1
|
1
|
1,63
|
1,67
|
0,54
|
0,74
|
2
|
3
|
3,26
|
3,33
|
1,10
|
1,48
|
3
|
5
|
4,89
|
5,00
|
1,60
|
2,22
|
4
|
7
|
4,89
|
5,00
|
1,60
|
2,22
|
Keterangan : Pemupukan selanjutnya dengan dosis No.4 dilakukan setiap 2 bulan sekali bila pem bibit an dipelihara untuk diokulasi pada umur lebih lanjut
Jika menggunakan
pupuk majemuk N-P-K-Mg 15-15-6-4, dosis yang dipakai ialah 5, 10, 15 dan
15 g/ph untuk masing-masing umur 1, 3, 5 dan 7 bulan. Cara pemberian
pupuk adalah dengan menaburkan pupuk sepanjang barisan bibit yang terlebih dahulu diberi parit dangkal dengan garuk. Setelah pupuk ditabur, parit ditutup kembali.
Hama yang sering menyerang pem bibit an karet antara lain jangkrik,
rayap, dan tungau. Hama-hama tersebut dapat diberantas dengan
menggunakan insektisida yang tepat seperti Sevin 85S. Penyakit yang
sering menyerang bibit an batang bawah adalah penyakit gugur daun Colletotrichum, Oidium, dan Corynespora.
Penyakit gugur daun
Colletotrichum disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporioides.
Penyakit ini dapat menyebabkan gugur daun terus menerus selama terjadi
pembentukan pucuk-pucuk baru dalam musim penghujan. Serangan pada pem bibit an dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan, sehingga pelaksanaan okulasi terlambat dan tanam
an yang terserang berat menyebabkan kulit lengket sehingga sulit
diokulasi. Bercak yang terjadi pada ujung atau tepi daun akan
menyebabkan cacat daun. Daun yang sudah berwarna hijau muda atau berumur
lebih dari dua minggu akan terhindar dari pengguguran. Pengendalian
penyakit dilakukan dengan penyemprotan fungisida Dithane M 45
konsentrasi 0,3 atau Daconil 75 WP konsentrasi 0,3. Penyemprotan
ditujukan pada daun muda berwarna coklat kemerahan sampai daun berwarna
hijau muda sebanyak 3-4 rotasi dengan interval waktu 5-7 hari. Untuk pem
bibit an yang luasnya lebih dari 10 hektar,
penyemprotan dengan mist blower lebih effisien dari pada menggunakan
Knapsack sprayer. Dosis fungisida yang dianjurkan adalah 1-1,5
kg/ha/rotasi dengan air pelarut sebanyak 400-500 liter per hektar.
Penyiangan gulma secara teratur dan pemupukan yang rasional akan
berpengaruh positif terhadap pencegahan penyakit. Penyakit gugur daun
Oidium disebabkan oleh jamur Oidium heveae. Pertumbuhan daun muda yang
bertepatan dengan musim kering panjang akan mengalami serangan Oidium
yang berat. Pada daun muda yang sedang berkembang, akan timbul
bercak-bercak putih kekuningan dan dalam waktu singkat bercak membesar
disertai dengan pertumbuhan benang jamur yang mencuat ke permukaan dan
membentuk kumpulan spora yang putih seperti tepung. Daun yang mengalami
serangan berat menjadi keriput, tampak seperti layu dan diikuti dengan
gugurnya daun. Serangan Oidium dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan
bahkan kematian tanam an. Pemberantasan Oidium dilakukan dengan cara pendebuan menggunakan serbuk belerang murni (belerang Cirrus). Untuk pem bibit
an digunakan alat pendebu portable. Pendebuan dilakukan pada awal
pembentukan daun-daun baru sebanyak 3-6 rotasi dengan interval 5-7 hari.
Dosis yang digunakanadalah 4 – 6 kg belerang/ha/rotasi.
Penyakit gugur daun
Corynespora disebabkan oleh jamur Corynespora cassiicola. Penyakit ini
dapat menyerang, baik daun tua maupun daun muda. Pada daun muda biasanya
jamur tidak membentuk bercak yang jelas, tetapi anak daun (helaian
daun) berubah warna dari sepia atau hijau muda menjadi kuning. Daun
menggulung atau langsung gugur dari tangkainya, sedangkan tangkai daun
gugur kemudian. Pada daun yang lebih tua, jamur membentuk bercak coklat
tua sampai hitam dimana urat-urat daun tampak lebih gelap daripada
sekelilingnya, sehingga bercak tersebut tampak menyirip seperti tulang ikan atau seperti tetesan tinta hitam pada kertas buram. Penyakit gugur daun Corynespora pada bibit
an diberantas dengan penyemprotan campuran Dithane M 45 sebanyak 0,5 –
1,0 kg dan Calixin 750 EC sebanyak 100-150 cc/aplikasi/ha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar